KATA DALAM WAKTU

Foto: Y. B. Inocenty Loe


Oleh: Y. B. Inocenty Loe

Staf pengajar SMA Katolik Giovanni Kupang, Editor dan Penulis

----------------------------------


Di mana pun engkau berada, rasakanlah waktu ini sebagai yang terakhir dalam hidup kita. Setiap detik, menit bahkan tahun, dengarlah suaraku walau kita jauh. Bukankah cintaku adalah suara yang selalu terdengar di hatimu? Setidaknya waktu akan mengingatkanmu tentang suara cinta yang selalu terdengar dalam hidupmu. Bukankah waktu kita adalah jiwa abadi di dalam kerapuhan dan keterbatasan? Percayalah bahwa waktuku takkan membiarkanmu berjalan sendiri, sebab  adalah jiwa yang selalu mengingat dirimu di dalam sekian buruknya hidup ini.


Di tebing waktu, aku termenung, mengukir cinta dan kisah ini pada bulan. Aku berharap pada keabadian jiwa, semoga waktu kita adalah cahaya pada gelap, sebelum langit menjadi mendung antara kelam dan terang. Waktu ini adalah cinta yang akan selalu menyapamu dan membiarkanmu menjadi semakin polos. Adalah hari tanpa kata, jika kita bisa saling mencintai. Adalah mimpi tanpa akhir, jika kita bisa saling meresapkan kenyataan.


Malam itu, aku menatapmu dalam cinta. Tatapanku adalah jiwa dari jiwa dan waktu dari waktu. Tulusnya jiwa tak mampu mengukur ketulusan cintaku demikianpun misteri waktu hanyalah secuil detik yang tak berarti di depan kebesaran cintaku. Dalam tatapan, aku tak membawa harga sebuah dunia tetapi harga kehidupan ini. Tatapanku adalah kesetiaan dan roh kebenaran yang akan selalu memelukmu. Ia adalah hirarki sempurna diri ini yang rela untuk tetap setia dalam perdebatan cinta yang selalu kulalui. Dan aku adalah tatapanku yang akan selalu mengecap cinta ini walau jarak menghambarkan semuanya.


Memang benar tatapanku adalah segalanya. Namun, suaramu telah menyanyat hati ini dan mengisi tiap lukanya dengan cinta. Oleh suara yang telah menyakinkanku atas cinta ini, untuk pertama kalinya, aku merasa tak sendirian. Suaramu seolah mengubah gelapnya malam menjadi terang. Jika tatapan mampu mencurahkan seluruh kehidupanku, engkau punya suara yang mengangkat tiap keraguan cinta yang kualami. Malam itu, ketika aku gelisah oleh penantian cinta, suaramu merangkai dan menyakinkanku bahwa ketulusan mampu mengukir kisah bersama tentang kita.


Setelah saat malam, ketika waktu membuktikan kekuatan cinta. Di akhir gelap malam itu, terang akhirnya berbicara lain tentang cinta. Malam mungkin mengukir kebersamaan tetapi terang menegaskan perpisahan kita. Oleh terang yang terlalu cepat, kita telah ditakdirkan untuk berpisah. Dan saat itu, aku tersadar bahwa waktu terlalu sering memastikan sebuah pilihan yang menyakitkan. Aku dan dia hanyalah permainan waktu. Namun, untuk cinta yang terlalu tulus, waktu tidak akan mempermainkanku. Waktu mungkin memisahkan tetapi cinta selalu mengerti setiap kemelut hati. Ia mengerti dan takkan membiarkanku bergumul sendiri. Waktu selalu menegaskan perpisahan tetapi cinta memberi arti pada pergumulan, ketakberdayaan dan perpisahan. Cinta dan waktu adalah bayangan dari tatapanku dan suaramu.


Akhirnya, di tebing waktu ini, oleh cinta yang telah menjadi kekuatan, aku berdoa pada kehidupan, mungkin bagi dunia adalah sebuah ritual tetapi bagi langkahku adalah sebuah dunia yang mengisahkan kehidupan. Waktu bisa saja merenggut kehadiranya dariku tetapi ia takkan pernah merenggut cintanya dari hatiku. Di tebing waktu ini, walau berpisah tetapi tatapanku tetap sama dan suaramu selalu bergaung dalam warna kehidupanku. Di tebing waktu ini, aku menutup mata, merasakan debaran cintamu yang menguatkan dan mengecap manisnya kelembutan suaramu. Aku percaya suatu saat nanti, waktu akan berhenti untuk menjadi saksi cinta aku dan dia. Malam harus berganti menjadi fajar tetapi cintaku padamu taktergantikan. Inilah harapan seorang yang berdiri di tebing waktu. Percayalah, kerapuhan waktu takkan membinasakan cinta dan kebenaran cinta adalah masih ada waktu untuk hatiku dan perasaanmu. Terima kasih untuk kata dalam waktu.

 


Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar