CINTA TUHAN


Murni Cornalia Naldiva Neno

Siswi SMA Katolik Giovanni Kupang

XI IPS 3

--------------------------------------------------

 

Cinta, rasa yang menyuguhkan sejuta euforia yang tak ada hentinya. Cinta, secangkir kopi yang kenikmatannya tiada tara. Cinta, benih yang akan terus bertumbuh dan berakar dalam keabadian.

 

Terbuai oleh cinta, diri ini jatuh terbawa rasa yang begitu dalam akan sosok yang menawan itu. Cinta membuat diri ini lebih memaknai hidup dan mengukir begitu banyak warna bersama orang terkasih. Namun terkadang, cinta tumbuh dan berakar di tempat yang tidak seharusnya. Kekeliruan itu membuat cinta dipenuhi dengan kebingungan dan sontak kehilangan arah, ke mana ia akan tumbuh dan berkembang.

 

Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan yang memiliki pangaruh cukup besar dalam membangun sebuah hubungan yang berlandaskan cinta. Pembeda yang diibaratkan seperti kutub utara dan kutub selatan itu ialah perbedaan keyakinan.

 

Entah mengapa terbersit dipikiran "mengapa Tuhan mengijinkan rasa yang keliru ini tumbuh dengan begitu dasyat? Entah apa yang Tuhan rencanakan dalam hidup ini." Lagi dan lagi kalimat tersebut menjadi tanda tanya besar yang tak kunjung ada jawabannya.

Cinta ini seolah-olah terus terlarut dalam kenyamanan yang akhirnya cinta ini tumbuh dan berakar dengan begitu kuat meskipun itu bukan tempatnya.

 

Hati dan pikiran ini terus dihantui dan dilanda oleh rasa kebingungan dan kecemasan akan cinta yang mendebarkan. Rasa bersalah,  seolah-olah datang menyerang dan memukul mundur harapan untuk berakar dalam keabadian oleh cinta.  Menyerah dan tak bisa berbuat apa-apa lagi. Cinta yang telah tumbuh dan berakar ini, terpaksa harus musnah begitu saja. Sakit yang begitu pedih membuat diri ini tak kuasa menahan kesedihan. Hati terasa begitu hampah seakan-akan kebahagiaan tak berpihak lagi pada diri ini.

 

Di tengah keterpurukan yang tak ada hentinya, ada satu nama yang terlintas dipikiran. Satu sosok yang selalu ada dan tak pernah meninggalkan, meski diri ini terus berlari jauh dan tak mau mendekat lagi pada-Nya. Ya, sosok itu adalah Sang Pemilik Hidup yang Maha Agung. Kesadaran ini membawa suatu perubahan besar dan merubah perspektif hidup yang pada awalnya hampa menjadi penuh sukacita dan harapan. Sehingga, timbullah suatu keteguhan bahwa versi terbaik menurut kita manusia, belum tentu menjadi versi terbaik menurut Tuhan.

 

Cinta yang datang dengan perbedaan keyakinan bukanlah hal yang harus ditentang dan diperjuangkan. Namun, sadarlah bahwa cinta yang abadi adalah cinta yang dari Tuhan dan milik Tuhan. Percayalah bahwa sosok yang terbaik akan datang di waktu yang terbaik. Oleh karena itu, cintailah Tuhan yang merupakan cinta yang sesungguhnya.





SIMAK JUGA:



Share:

1 komentar:

  1. 👍👍👍 semangat belajar meraih cita2 dalam cintaNya Tuhan 🥰😇

    BalasHapus