Nayla dan Layna, kakak
beradik kembar yang hidup tanpa ayah. Ayah mereka telah berpulang sejak 7 tahun
lalu, karena penyakit yang dideritanya. Mereka hidup dengan ibu sekaligus sebagai
sosok ayah bagi mereka. Ibu mereka bekerja sebagai karyawan di sebuah pabrik,
untuk membiayai hidup mereka.
Nayla dan Layna telah
duduk dibangku kelas 11 SMA. Mereka bersekolah, di sebuah sekolah negeri karena kondisi keuangan mereka yang tidak
mencukupi untuk bersekolah disekolah yang lebih bagus lagi.
Suatu pagi mereka sedang
bersiap-siap untuk berangkat sekolah.
“Lay, kamu udah
selesai?” tanya Nayla yang sedang menunggu adik kembarannya berganti pakaian
“Udah Kak Nay, tolong
bukain pintunya,” sahut Layna dari dalam
kamar mandi.
Nayla segera membantu
membuka pintu kamar mandi. Layna segera keluar dengan kedua tongkat di
genggamannya. Layna adalah seorang anak cacat fisik. Ia lumpuh dari lahir.
“Makasih Kak Nay,” ujar
Layna
“Iya Layna, nggak
masalah kok,” balas Nayla lalu menutup kembali pintu kamar mandi
“Ayok kita berangkat,
nanti telat!” ajak Layna
“Ayok!” seru Nayla
bersemangat
Nayla mengambil tasnya
dan tas Layna, lalu mereka keluar kamar dan menemukan ibu mereka yang sedang
menyiapkan bekal untuk keduanya
“Ini bekalnya, jangan lupa dimakan yah,” ucap ibu lalu membantu Nayla memasukkan kotak bekal di tas Layna
“Makasih, Bu,” ujar
Nayla dan Layna bersamaan
“Sama-sama, Nak.”
Nayla dan Layna lalu
berpamitan kepada Rayna, ibu mereka. “Oh iya, ibu malam ini akan lembur, kalian
jaga rumah yah! Makanan sudah ada di meja makan, nanti tinggal dipanaskan saja.
Nayla, jaga adik kamu!” pesan Rayna
“Baik, Bu,” sahut Layna.
“Tenang aja, Bu. Nayla pasti jagain Lay, kok!” sambung Nayla
Rayna tersenyum hangat
pada mereka, “Yaudah sana, berangkat. Nanti telat lagi!” ingat Rayna
“Iya, Bu. Kita
berangkat!” sahut Layna lalu berjalan menuju teras rumah diikuti Nayla
“Hati-hati!” seru Rayna,
dan diacungi jempol oleh Nayla.
Nayla dan Layna berjalan
kaki menuju sekolah, karena sekolah mereka tidak berada jauh dari rumah mereka.
Tak sampai 10 menit,
mereka sudah tiba di lingkungan sekolah. Kelas mereka berbeda membuat Nayla tak
bisa menjaga Layna secara total.
Mereka sudah sampai di
kelas Layna. “Aku ke kelas dulu yah, nanti istirahat aku kesini, kamu jangan
kemana-mana,” pesan Nayla
“Iya, Nay. Aku ingat
kok! Kamu tiap hari pesannya itu-itu mulu,” sahut Layna kesal
Nayla terkekeh, “Biar
kamu nggak lupa,” ujarnya kemudian
“Iya deh iya,” tandas
Layna “Udah masuk kelas sana, entar telat!” suruhnya
“Ngusirnih?” tanya Nayla
Layna menggeleng kecil,
“Enggak gitu maksudnya, Kak.”
“Iya-iya, aku cuma bercanda, Lay,” sahut Nayla. “Aku ke kelas dulu yah!” pamit Nayla, ditanggapi anggukan oleh Layna.
***
Kring... Kring...
Bel istirahat bergema di
seluruh sudut sekolah, semua murid meninggalkan kelas untuk mengisi perut
mereka. Tak terkecuali Nayla, ia menenteng kotak bekalnya, dan melangkah menuju
kelas Layna.
“Hai, Lay! Aku datang!”
teriak Nayla setelah tiba di kelas Layna
“Kak jangan
teriak-teriak,” tegur Layna
Nayla menyengir lebar,
“Kan enggak ada orang, Lay,” bantah Nayla
“Sama aja kak, berisik,”
kesal Layna
Nayla memiliki sifat
periang dan berani, sedangkan Layna memiliki sifat yang berbeda, ia tidak
berteman dengan banyak orang, ia pun tidak terlalu berani seperti Nayla.
“Lay, habis ini bantuin
aku tugas fisika ini yah,” pinta Nayla
Layna mengangguk sebagai
jawaban, lalu ia kembali memasukkan sesuap nasi ke mulutnya. Sedangkan Nayla
sudah menutup kotak makannya.
“Ah kenyang!” lega Nayla
Layna yang juga sudah
menyelesaikan bekalnya, ia lalu menutup kotak makannya. Ia menekuk air
minumnnyahingga tersisa setengah dari besar botolnya.
“Mana tugasnya?” tanya
Layna
“Ini!” ujar Nayla,
menyerahkan buku tugasnya
Layna memang memiliki
otak yang lebih encer dari Nayla, mereka saling membantu setiap harinya.
“Nay, ini gampang, tau!
Tinggal pakai rumus ini,” terang Layna
“Oh gitu! Aku coba cakar
dulu,” sahut Nayla lalu mulai mengukir bukunya dengan angka-angka
“Nah gini, bukan?” tanya
Nayla.
Layna mengangguk
antusias. “Makasih, Lay. Masih ada satu nomor lagi yang aku bingung,” ungkap Nayla menunjukkan salah satu
nomor dibuku tugasnya
“Oh ini sama rumusnya,
tapi yang ini dipangkatkan dua,” celutuk Layna setelah membaca soal fisika
didepannya
“Oh gitu. Nayla ngerti,”
sahut Nayla lalu mencoba memecahkan rumus di depannya.
Sudah 3 menit berlalu
tapi Nayla masih berkulat dengan angka-angka didepannya. Sesekali ia menghela
nafas lelah.
“Sini aku lihat,
jangan-jangan ada yang salah,” tawar Layna
Nayla menyerahkan
bukunya, “Ini Lay, aku cakar kok nggak ada diobsennya,” kesal Nayla
Layna memperhatikan buku
Nayla, lalu menggeleng kepalanya. “Kakak kebiasaan deh, nggak teliti!” ungkap
Layna
“Ini angkanya salah, dua
puluh lima kak bukan dua puluh tiga,” ucap Layna ditanggapi cengiran oleh Nayla
Nayla kembali mencoba
memecahkan soal didepannya. Tak sampai dua menit ia telah menyelesaikannya.
“Makasih, Lay. Kamu
terbaik deh,” seru Nayla lalu memeluk Layna
Nayla bangkit dari
duduknya, “Aku ke kelas dulu yah, 5 menit lagi udah masuk,” pamit Nayla
“Iya kak, sama-sama,”
sahut Layna
“Pulang sekolah, jangan
kemana-mana. Tunggu disiniaja, nanti aku jemput,” pesan Nayla
“Siap kak!”
***
Nayla segera menuju
kelas Layna setelah kelas bubar. Saat ia hendak menghampiri Layna di kelas,
ternyata Layna sudah menunggunya didepan kelas.
Namun yang mengganggu
penglihatannya, Layna dikelilingi oleh orang laki-laki yang sedang
melempar-lempar tongkat Layna. Dan Layna berusaha menggapai tongkat yang diangkat
tinggi oleh seorang lelaki.
Nayla tak tinggal diam,
ia langsung menghampiri mereka.
“Heh! Siniinnggak
tongkatnya!” kesal Nayla, namun lelaki itu semakin mengangkat tinggi tongkat
Layna.
Nayla refleks menendang
tulang kering lelaki itu, dan lelaki tersebut meringis lalu menyerahkan tongkat
Layna.
“Pergi sana! Atau mau
aku tendang kaki kalian satu-satu?” tanya Nayla geram
Ketiga lelaki tersebut
lalu berlalu meninggalkan Nayla dan Layna.
“Kalian juga, lihat
Laynadibully kok diam aja?” tanya Nayla
Layna mengusap bahu
Nayla, berharap Nayla dapat mengontrol emosinya.
“Udah Nay, nggak
papa,” ujarnya
Nayla duduk di sampingLayna.
“Kan aku suruh tunggu didalam, Lay. Kok kamu di luar?” omel Nayla.
“Tadi teman-teman Layna
mau bersihin kelas, jadi Layna di luar,” jelas Layna
Nayla mengangguk
mengerti. “Lain kali digangguin, lawan aja, Lay. Jangan takut.”
“Ini ada tongkat yang
satu! Tabok ajapake ini,” ucap Nayla
Layna terkekeh karena
ucapan Nayla. Kakak kembarnya memang mempunyai sikap yang jauh berbeda
dengannya. Ia tak seberani kakaknya. “Iya kak, lain kali Layna bakal ngelawan.”
“Yaudah, ayo, kita
pulang!” ajak Nayla diangguki oleh Layna.
Mereka adalah kembaran
yang saling menyayangi dan melindungi. Layna kerap membantu Nayla dan Nayla
kerap membantu Layna. Mereka saling melengkapi.
Kisah mereka mengajarkan
kita agar saling membantu dan melengkapi sebagai sesama makhluk hidup. Dan dari
kisah mereka kita diharapkan tidak membully, seharusnya kita saling menghormati
dan menghargai, bukan menghina fisik orang lain.
bagu
BalasHapus