KISAH DUA ANAK KEMBAR







Oleh: Angie Josie

SMA Katolik Giovanni Kupang

X B

Nayla dan Layna, kakak beradik kembar yang hidup tanpa ayah. Ayah mereka telah berpulang sejak 7 tahun lalu, karena penyakit yang dideritanya. Mereka hidup dengan ibu sekaligus sebagai sosok ayah bagi mereka. Ibu mereka bekerja sebagai karyawan di sebuah pabrik, untuk membiayai hidup mereka.

 

 

Nayla dan Layna telah duduk dibangku kelas 11 SMA. Mereka bersekolah, di sebuah sekolah negeri karena kondisi keuangan mereka yang tidak mencukupi untuk bersekolah disekolah yang lebih bagus lagi.

 

Suatu pagi mereka sedang bersiap-siap untuk berangkat sekolah.

“Lay, kamu udah selesai?” tanya Nayla yang sedang menunggu adik kembarannya berganti pakaian

“Udah Kak Nay, tolong bukain pintunya,”  sahut Layna dari dalam kamar mandi.



Nayla segera membantu membuka pintu kamar mandi. Layna segera keluar dengan kedua tongkat di genggamannya. Layna adalah seorang anak cacat fisik. Ia lumpuh dari lahir.

“Makasih Kak Nay,” ujar Layna

“Iya Layna, nggak masalah kok,” balas Nayla lalu menutup kembali pintu kamar mandi

“Ayok kita berangkat, nanti telat!” ajak Layna

“Ayok!” seru Nayla bersemangat



Nayla mengambil tasnya dan tas Layna, lalu mereka keluar kamar dan menemukan ibu mereka yang sedang menyiapkan bekal untuk keduanya

“Ini bekalnya, jangan lupa dimakan yah,” ucap ibu lalu membantu Nayla memasukkan kotak bekal di tas Layna

“Makasih, Bu,” ujar Nayla dan Layna bersamaan

“Sama-sama, Nak.”



Nayla dan Layna lalu berpamitan kepada Rayna, ibu mereka. “Oh iya, ibu malam ini akan lembur, kalian jaga rumah yah! Makanan sudah ada di meja makan, nanti tinggal dipanaskan saja. Nayla, jaga adik kamu!” pesan Rayna

“Baik, Bu,” sahut Layna. “Tenang aja, Bu. Nayla pasti jagain Lay, kok!” sambung Nayla

Rayna tersenyum hangat pada mereka, “Yaudah sana, berangkat. Nanti telat lagi!” ingat Rayna

“Iya, Bu. Kita berangkat!” sahut Layna lalu berjalan menuju teras rumah diikuti Nayla

“Hati-hati!” seru Rayna, dan diacungi jempol oleh Nayla.



Nayla dan Layna berjalan kaki menuju sekolah, karena sekolah mereka tidak berada jauh dari rumah mereka.

Tak sampai 10 menit, mereka sudah tiba di lingkungan sekolah. Kelas mereka berbeda membuat Nayla tak bisa menjaga Layna secara total.

Mereka sudah sampai di kelas Layna. “Aku ke kelas dulu yah, nanti istirahat aku kesini, kamu jangan kemana-mana,” pesan Nayla

“Iya, Nay. Aku ingat kok! Kamu tiap hari pesannya itu-itu mulu,” sahut Layna kesal

Nayla terkekeh, “Biar kamu nggak lupa,” ujarnya kemudian



“Iya deh iya,” tandas Layna “Udah masuk kelas sana, entar telat!” suruhnya

“Ngusirnih?” tanya Nayla

Layna menggeleng kecil, “Enggak gitu maksudnya, Kak.”

“Iya-iya, aku cuma bercanda, Lay,” sahut Nayla. “Aku ke kelas dulu yah!” pamit Nayla, ditanggapi anggukan oleh Layna. 



 

***

Kring... Kring...

Bel istirahat bergema di seluruh sudut sekolah, semua murid meninggalkan kelas untuk mengisi perut mereka. Tak terkecuali Nayla, ia menenteng kotak bekalnya, dan melangkah menuju kelas Layna.

“Hai, Lay! Aku datang!” teriak Nayla setelah tiba di kelas Layna

“Kak jangan teriak-teriak,” tegur Layna

Nayla menyengir lebar, “Kan enggak ada orang, Lay,” bantah Nayla

“Sama aja kak, berisik,” kesal Layna



Nayla memiliki sifat periang dan berani, sedangkan Layna memiliki sifat yang berbeda, ia tidak berteman dengan banyak orang, ia pun tidak terlalu berani seperti Nayla.

“Lay, habis ini bantuin aku tugas fisika ini yah,” pinta Nayla

Layna mengangguk sebagai jawaban, lalu ia kembali memasukkan sesuap nasi ke mulutnya. Sedangkan Nayla sudah menutup kotak makannya.

“Ah kenyang!” lega Nayla



Layna yang juga sudah menyelesaikan bekalnya, ia lalu menutup kotak makannya. Ia menekuk air minumnnyahingga tersisa setengah dari besar botolnya.

“Mana tugasnya?” tanya Layna

“Ini!” ujar Nayla, menyerahkan buku tugasnya

Layna memang memiliki otak yang lebih encer dari Nayla, mereka saling membantu setiap harinya.

“Nay, ini gampang, tau! Tinggal pakai rumus ini,” terang Layna

“Oh gitu! Aku coba cakar dulu,” sahut Nayla lalu mulai mengukir bukunya dengan angka-angka

“Nah gini, bukan?” tanya Nayla.



Layna mengangguk antusias. “Makasih, Lay. Masih ada satu nomor lagi yang aku  bingung,” ungkap Nayla menunjukkan salah satu nomor dibuku tugasnya

“Oh ini sama rumusnya, tapi yang ini dipangkatkan dua,” celutuk Layna setelah membaca soal fisika didepannya

“Oh gitu. Nayla ngerti,” sahut Nayla lalu mencoba memecahkan rumus di depannya.

Sudah 3 menit berlalu tapi Nayla masih berkulat dengan angka-angka didepannya. Sesekali ia menghela nafas lelah.

“Sini aku lihat, jangan-jangan ada yang salah,” tawar Layna



Nayla menyerahkan bukunya, “Ini Lay, aku cakar kok nggak ada diobsennya,” kesal Nayla

Layna memperhatikan buku Nayla, lalu menggeleng kepalanya. “Kakak kebiasaan deh, nggak teliti!” ungkap Layna

“Ini angkanya salah, dua puluh lima kak bukan dua puluh tiga,” ucap Layna ditanggapi cengiran oleh Nayla

Nayla kembali mencoba memecahkan soal didepannya. Tak sampai dua menit ia telah menyelesaikannya.



“Makasih, Lay. Kamu terbaik deh,” seru Nayla lalu memeluk Layna

Nayla bangkit dari duduknya, “Aku ke kelas dulu yah, 5 menit lagi udah masuk,” pamit Nayla

“Iya kak, sama-sama,” sahut Layna

“Pulang sekolah, jangan kemana-mana. Tunggu disiniaja, nanti aku jemput,” pesan Nayla

“Siap kak!”

***

Nayla segera menuju kelas Layna setelah kelas bubar. Saat ia hendak menghampiri Layna di kelas, ternyata Layna sudah menunggunya didepan kelas.

Namun yang mengganggu penglihatannya, Layna dikelilingi oleh orang laki-laki yang sedang melempar-lempar tongkat Layna. Dan Layna berusaha menggapai tongkat yang diangkat tinggi oleh seorang lelaki.

Nayla tak tinggal diam, ia langsung menghampiri mereka.

“Heh! Siniinnggak tongkatnya!” kesal Nayla, namun lelaki itu semakin mengangkat tinggi tongkat Layna.



Nayla refleks menendang tulang kering lelaki itu, dan lelaki tersebut meringis lalu menyerahkan tongkat Layna.

“Pergi sana! Atau mau aku tendang kaki kalian satu-satu?” tanya Nayla geram

Ketiga lelaki tersebut lalu berlalu meninggalkan Nayla dan Layna.

“Kalian juga, lihat Laynadibully kok diam aja?” tanya Nayla

Layna mengusap bahu Nayla, berharap Nayla dapat mengontrol emosinya.

“Udah Nay, nggak papa,”  ujarnya

Nayla duduk di sampingLayna. “Kan aku suruh tunggu didalam, Lay. Kok kamu di luar?” omel Nayla.



“Tadi teman-teman Layna mau bersihin kelas, jadi Layna di luar,” jelas Layna

Nayla mengangguk mengerti. “Lain kali digangguin, lawan aja, Lay. Jangan takut.”

“Ini ada tongkat yang satu! Tabok ajapake ini,” ucap Nayla

Layna terkekeh karena ucapan Nayla. Kakak kembarnya memang mempunyai sikap yang jauh berbeda dengannya. Ia tak seberani kakaknya. “Iya kak, lain kali Layna bakal ngelawan.”

“Yaudah, ayo, kita pulang!” ajak Nayla diangguki oleh Layna.



Mereka adalah kembaran yang saling menyayangi dan melindungi. Layna kerap membantu Nayla dan Nayla kerap membantu Layna. Mereka saling melengkapi.

Kisah mereka mengajarkan kita agar saling membantu dan melengkapi sebagai sesama makhluk hidup. Dan dari kisah mereka kita diharapkan tidak membully, seharusnya kita saling menghormati dan menghargai, bukan menghina fisik orang lain.

 

 

Share:

1 komentar: