Orang
bilang, rumah tidak selalu berbentuk rumah kan? Jadi aku mau mengisahkan rumah
yang kumaksudkan, yang adalah “dia”. Ya dia Mungkin adalah salah satu orang
yang bisa dikategorikan sebagai rumah. Tempat bagi hati dan perasaan
tercurahkan.
Dia orang
yang pernah mengambil peran menjadi salah satu sosok penyayang dalam hidupku. Aku
sayangi dia bahkan sampai detik ini. Orang yang selalu mengerti dan mewarnai
hari-hariku agar aku terlihat bahagia. Dia, rumahku, duniaku. Rumahku ada
padanya.
Ah, ternyata
angan-angan di atas hanya sebatas narasi saja. Memang, pernah aku jalani
kisahnya tapi tak seindah itu. Setelah semua jadi kenangan apa yang mau dibuat?
Biarlah jadi kenangan yang mungkin abadi di sini, dalam catatan hati ini.
Semuanya telah sirna. Kisah itu tak lagi bersinar, tak lagi indah dan mekar
seperti bunga-bunga di taman sekolahku. Kisah setahun lalu itu kini tiada lagi,
semuanya hilang, warna dalam hidupku hilang, rumah yang selalu ku huni sudah
tidak dapat ku huni lagi sekarang.
Inocenty Loe dalam tayangan Inspirasi Indonesia di TVRI Nasional
Semua
kenangan, waktu kebersamaan, dalam rumah itu sirna oleh ego kita. Malam itu,
aku meninggalkan rumah yang kujadikan sandaran saat ku merasa lelah. Aku
seperti orang kehilangan arah, aku berusaha mencari rumah baru untuk ku
tinggali dan berharap aku mendapatkan hal seperti yang kudapatkan pada rumah
lamaku.
Aku
mencoba untuk memasuki rumah baruku, untuk memperbaiki semua yang terjadi pada
rumah lamaku. Tapi aku pikir rumah baru tak senyaman rumah lamaku. Pelukan dan
kehangatan kasihnya tak mungkin sama.
Aku
menyerah, egoku merusak segala yang ada pada rumah itu. Aku pergi ke kursi taman
untuk mencari jalan keluar dan memperbaiki semuanya. Tapi semakin aku
memperbaikinya semakin hancur hingga yang bisa aku lakukan hanyalah ikhlas dan
pasrah. Hatiku memang tak sekuat karang di pantai. Tapi mungkin perasaan dan
logikaku masih utuh untuk sebuah nama.
Ku ikhlas
saja jika rumah itu memang sudah tidak bisa ku huni lagi. Sekarang aku di sini.
Terduduk di bawah pohon yang rindang merindukan dirimu serta kenangan kita pada
saat itu. Ku berharap semua akan kembali seperti awal aku memasuki rumah
tersebut. Ah, mungkinkah?. Lagi dan lagi aku mencoba tapi tak sanggup, semuanya
telah selesai.
Pada
malam itu, kita akhiri hubungan kita karena ego kita masing-masing, aku ingin
kembali mengejarmu seperti dahulu lagi. Tapi entah kenapa aku tidak sekuat dulu
untuk menghancurkan benteng yang kau bangun, sekarang aku terlalu lelah melihat
pandangamu yang kau berikan untukku. Aku berhenti mengejarmu, aku takut kau akan
semakin risih dengan sikapku.
Setelah
kisah kita berkahir, lewat teman-temanmu aku berusaha mencari tahu segala
tentangmu. Aku juga berusaha melupakanmu dengan menghadirkan sosok baru tetapi yang aku
dapatkan di hubungan baruku adalah bayang-bayang diriku bersamamu. Sejenak, seperti
syair lagu “glimpse of us” (sekilas
tentang kita)
Pada
sekali waktu, aku berusaha menghindari interaksi langsung denganmu dan hanya
melihat punggungmu dan berharap kau akan kembali dan mengatakan kalau semuanya
hanyalah mimpi.
Berulang
kali aku berusaha untuk menekankan pada diriku bahwa dia tidak sepenting itu di
hidupku. Harusnya tidak sesusah ini untuk melupakan dan bersikap biasa saja
seperti yang dia lakukan, tapi apa bisa aku bersikap biasa saja saat perasaanku masih menetap?
Ku
kira setelah perbincangan kecil yang kita lakukan kemarin akan membuat semuanya
membaik. Tapi melihat responnya sekarang membuat harapan itu hilang seketika. Harus
bagaimana lagi untuk membuat dirimu kembali?
Pada
akhirnya aku hanya bisa menyukainya dalam diam, melihatnya dari jauh dan
terlihat tidak peduli, aku masih tetap menyimpan rasa penasaran di hati. Bagaimana
hari-harinya? Apakah dia baik-baik saja? Bagaimana kabarnya? Apa hari ini ada
masalah?. Tapi aku sadar bahwa mempedulikannya akan membuat rasa sesak ini
bertambah.
Semenjak
hari itu, aku tak pernah berinteraksi dengannya lagi, tak ada spam chat yang ku
kirimkan untuk dekat dengannya, bahkan saat berpapasan aku pura-pura untuk
tidak melihatnya dan pergi begitu saja.
Berharap
dia menyapa dan bertanya mengapa aku tidak seperti biasanya?Mustahil. Dia tidak
akan sepeduli itu. Berusaha untuk menganggap bahwa kita hanya sebatas orang
yang saling mengenal. Bukan lagi sepasang hati yang utuh. Mungkin bukan ini akhir yang aku inginkan, tapi
apakah ini yang terbaik?. Adakah jawabannya setelah syair ini melintas di
matamu?
π₯°π
BalasHapusTeruslah berkarya...
BalasHapusTeruslah berkarya dan jadi anak yg Takut Tuhan
BalasHapusMantap terus kembangkan bakatmu nona calista
BalasHapusMantap nn cantiik,. Tuhan berkatiπππ
BalasHapusTerus maju dan Railah cita2Mu ,Jadilah Kebanggaannya Mama,TYB.π❤
BalasHapuskeren2
BalasHapusIstimewa anak sayang π
BalasHapusTetep semangat πͺ❤️
Roh Kudus , tuntun terus π
Jadi la , berkat buat banyak orang ππͺπͺπͺ❤️
Mantap Kk Kezia. Tuhan Yesus sertai & berkati masa depan mu nak' πππ₯°π
BalasHapusTuhan Yesus memberkati, teruslah berkarya sygπ₯°π₯°π
BalasHapus