TAKDIR: SEBUAH CATATAN PILU








Oleh: Fransisca Romana Erlita Putri Meas

SMA Katolik Giovanni Kupang
XI IPS 5



Salam sehat dan bahagia menyertaimu pembaca setia exposenews.or.id. Di luar sana terlalu ramai dan gaduh, tapi melalui catatan ini kamu sejenak aku bawa jatuh dalam keheningan hati.  Izinkanlah aku mengungkapkan kerinduanku ini untuk dua malaikatku di Surga sana. 


Kepergian ibu setahun yang lalu tepatnya di bulan Agustus 2021 telah meninggalkan luka yang teramat pedih untukku, kakak, dan ayahku. Bagaimana mungkin itu terjadi?. Aku bingung, dan tidak percaya hal itu bisa terjadi. 

 

Bagiku kehilangan ibu itu pahit dan menyakitkan. Aku benci kenyataan ini.  Bukan aku tak ikhlas menerima semua ini. Tetapi kehilangan sosok seperti ibu itu terasa gelap duniaku.  Aku merasa, separuh sinar suryaku redup. Ibuku adalah sosok hebat yang selalu menginspirasi.  Bagiku, dialah "Sang Surya" yang sesungguhnya.  Sang Surya yang selalu dan setia hadir di setiap hariku.

 

Namun, tak disangka kebahagiaan itu ternyata tidaklah abadi. Bahagia itu sesaat saja. Begitu singkat. Usiaku belum mencapai tahap dewasa. Aku masih seorang remaja SMA yang  membutuhkan kehangatan kasih ibu. Ibu kini telah tiada. Ibu telah pergi untuk selama-lamanya. Yang tersisa kini hanya rindu dan separuh kenangan bersamanya. Kehilangan ibu sungguh menyakitkan. Rasa kehilangan itu masih membekas di hatiku hingga saat ini. 

 

Masih belum puas. Masih belum cukup. Takdir memang kejam, sulit untuk ku terima.  Bagaimana mungkin? Setelah kepergian ibu, beberapa bulan kemudian tepatnya di bulan September 2022 lalu, giliran ayahku yang pergi.


Ah, Tuhan,  apa yang Engkau mau?  Katakanlah, tetapi janganlah mengambil semuanya  dari padaku. Aku tak sanggup. Aku belum mengerti kehidupan.  Tolonglah Tuhan. Ya, aku sadar cintaku yang terbatas ini belum sanggup membahagiakan mereka. Tetapi berikanlah kesempatan untuk mereka melihat dan merasakan kesuksesanku kelak. 


Tetapi  jikalau ini semua kehendakMu, maka jadilah demikian. Karena cintaMu melampaui segalanya, aku dan seisi  semesta tak sanggup menggapaiMu. 


Hidupku benar-benar hampa. Terasa hancur dan tak berdaya. Dari separuh sinar kebahagiaan yang pernah hilang, kini jadi sepenuhnya hilang. Sirna tak berbekas. Yang ada padaku hanya kenangan dan rindu. Tetapi aku tak cukup hidup dengan kenangan. Aku pun tak sanggup untuk memikul beban rindu. Kenangan hanyalah ingatan semata, rindu hanyalah perasaan. Sementara mereka adalah kenyataan yang selalu ada di setiap aku membuka mata. 

 

Berat memang. Hari-hariku penuh dengan kekacauan. Pikiranku tidak lagi fokus. Aku semakin mampus dikoyak-koyak rindu. Semuanya telah hilang.  Hari-hariku tidak seperti dulu lagi. Di sekolah aku selalu teringat akan mereka. Di jalan-jalan, dan di setiap kesendirian, dan kesepian, mereka yang selalu aku rindu.

 

Dulu saat pagi tiba, kala aku masih terjaga dalam mimpi, sosok "Sang Surya" itulah yang selalu membangunkanku. Di setiap kali aku bangun dan  membuka mata. Sosok itu selalu ada, dan kusapa dia tiap pagi. Dan seorang lelaki hebat, sosok kuat dengan bahu sekuat baja, dengan hatinya yang lembut dan gampang luluh ketika melihatku sedih, selalu ada dan setia mengajariku tentang kebajikan hidup.

 

Itu dulu, kini lain sekali. Tiap kali pagi datang, tak seperti biasanya ada sosok yang membangunkanku. Ada lelaki hebat yang setia menemaniku. Mereka berdua yang dulu selalu ada, kini telah tiada. Ketika aku beranjak dari tempat tidur, sejenak melangkah ke ruang tengah. Kembali teringat saat masih bersama mereka. Nampak dalam bayang-bayangku aktivitas mereka setiap pagi. Sementara aku masih terjaga dalam lamunan pagi. Tanpa kusadari air mataku menetes.

 



 
Selamat pagi ayah dan ibu. Saat ini aku membutuhkanmu. Aku rindu. Aku ingin kalian berada di sini. Di sisiku saat ini. Lihatlah keadaanku saat ini, pilu. Adakah kalian merasakan rinduku ini?. Sedang apa di sana?, Semoga bahagia dan jangan lupa doakan aku selalu. Supaya  tetap kuat, sehat, dan bahagia. Meski berat. Hatiku berat merindukan kalian.
 


Ketahuilah ayah dan ibu. Aku punya banyak teman di sekolah, aku punya banyak guru bijak nan baik di sekolah. Aku juga masih punya sanak saudara. Teristimewa kakakku yang tercinta. Mereka semua selalu menguatkanku. Memberi dukungan dan semangat. Aku yakin di hati mereka ada sepatah kata doa untukku. 


Senyummu Ibu adalah semangatku. Senyummu adalah alasanku untuk kembali menjalani hari-hariku dengan ceria. Oh Ibu! Apakah Ibu tahu? Ada yang berubah pada sepasang bola seseorang. Mata yang mengartikan tentang rindu. Sepasang mata yang telah meredup itu seperti selalu ingin menumpahkan beban rindu. Tapi apakah ibu tahu? Hidup begitu hancur setelah Ayah juga pergi meninggalkan kami untuk selama-lamanya. Begitu berat rasanya bu, kehilangan sosok laki-laki terhebat, cinta pertama anak perempuannya. Sosok yang begitu sangat luar biasa.

 

Harus dengan kata apa lagi untuk aku mengutarakan begitu luar biasanya kasih sayang seorang Ayah dan Ibu untuk anak-anaknya yang tercinta.  Cinta yang tak tertandingi dari cinta apapun.  Namun, aku yakin Tuhan punya rencana yang luar biasa di balik semua ini. Tuhan mau menjadikanku sosok yang lebih baik dan kuat menghadapi kenyataan di hari esok. Semoga aku bisa  menjadi anak yang mandiri. Aku percaya, bahwa aku bisa melewati semua ini. Tuhan sendiri yang mengatakan bahwa tak kan pernah meninggalkanku sebagai yatim piatu. Ia,Yang Mahakuasa senantiasa menyertaiku.

 

Teruntukmu berdua. Malaikat tak bersayap. Dengarkan hatiku, sampai kapanpun, tak kan hilang cintaku padamu. Sampai kapan pun tak kan sirna kasihku padamu.Teruslah hadir di setiap hariku. Jadilah fajar dan senja indah di setiap hariku. Jadilah bintang dan cahaya di setiap malam gelap. Jadilah pelangi yang mewarnai kebahagiaanku. Tuhan memberkatimu.

 


Share:

3 komentar:

  1. Putriiii....jadi sedih sekali budhe membacanya. Semangat ya...

    BalasHapus
  2. Terimakasih untuk cerita yg sangat inspiratif ini. Membaca kisahnya tenggelam dalam rasa. Tak terasa air mata turut berderai. Kekuatan kata dan kalimat telah membuat cerita ini sangat bermakna. Terimakasih👍🙏

    BalasHapus
  3. Terimakasih tuk sering pengalaman yang sangat inspiratif.Semua rasa ada ketika membaca kisahmu Sedih dan tak berdaya karena aku juga manusia rapuh hanya doa yang kupinta agar nona kuat tuk menjalani hidup yang keras.

    BalasHapus