Salam sehat dan bahagia menyertaimu pembaca setia exposenews.or.id. Di luar sana terlalu ramai dan gaduh, tapi melalui catatan ini kamu sejenak aku bawa jatuh dalam keheningan hati. Izinkanlah aku mengungkapkan kerinduanku ini untuk dua malaikatku di Surga sana.
Kepergian ibu setahun yang lalu tepatnya di bulan Agustus 2021 telah meninggalkan luka yang teramat pedih untukku, kakak, dan ayahku. Bagaimana mungkin itu terjadi?. Aku bingung, dan tidak percaya hal itu bisa terjadi.
Bagiku kehilangan ibu itu pahit dan menyakitkan. Aku benci kenyataan ini. Bukan aku tak ikhlas menerima semua ini. Tetapi kehilangan sosok seperti ibu itu terasa gelap duniaku. Aku merasa, separuh sinar suryaku redup. Ibuku adalah sosok hebat yang selalu menginspirasi. Bagiku, dialah "Sang Surya" yang sesungguhnya. Sang Surya yang selalu dan setia hadir di setiap hariku.
Namun, tak disangka kebahagiaan itu ternyata tidaklah abadi. Bahagia itu sesaat
saja. Begitu singkat. Usiaku belum mencapai tahap dewasa. Aku masih seorang
remaja SMA yang membutuhkan kehangatan kasih ibu. Ibu kini telah tiada.
Ibu telah pergi untuk selama-lamanya. Yang tersisa kini hanya rindu dan separuh
kenangan bersamanya. Kehilangan ibu sungguh menyakitkan. Rasa kehilangan itu
masih membekas di hatiku hingga saat ini.
Masih belum puas. Masih belum cukup. Takdir memang kejam, sulit untuk ku
terima. Bagaimana mungkin? Setelah kepergian ibu, beberapa bulan kemudian
tepatnya di bulan September 2022 lalu, giliran ayahku yang pergi.
Ah, Tuhan, apa yang Engkau mau? Katakanlah, tetapi janganlah mengambil semuanya dari padaku. Aku tak sanggup. Aku belum mengerti kehidupan. Tolonglah Tuhan. Ya, aku sadar cintaku yang terbatas ini belum sanggup membahagiakan mereka. Tetapi berikanlah kesempatan untuk mereka melihat dan merasakan kesuksesanku kelak.
Tetapi jikalau ini semua kehendakMu, maka jadilah demikian. Karena
cintaMu melampaui segalanya, aku dan seisi semesta tak sanggup menggapaiMu.
Hidupku benar-benar hampa. Terasa hancur dan tak berdaya. Dari separuh sinar kebahagiaan yang pernah hilang, kini jadi sepenuhnya hilang. Sirna tak berbekas. Yang ada padaku hanya kenangan dan rindu. Tetapi aku tak cukup hidup dengan kenangan. Aku pun tak sanggup untuk memikul beban rindu. Kenangan hanyalah ingatan semata, rindu hanyalah perasaan. Sementara mereka adalah kenyataan yang selalu ada di setiap aku membuka mata.
Berat memang. Hari-hariku penuh dengan kekacauan. Pikiranku tidak lagi fokus.
Aku semakin mampus dikoyak-koyak rindu. Semuanya telah hilang.
Hari-hariku tidak seperti dulu lagi. Di sekolah aku selalu teringat akan
mereka. Di jalan-jalan, dan di setiap kesendirian, dan kesepian, mereka yang
selalu aku rindu.
Dulu saat pagi tiba, kala aku masih terjaga dalam mimpi, sosok "Sang
Surya" itulah yang selalu membangunkanku. Di setiap kali aku bangun
dan membuka mata. Sosok itu selalu ada, dan kusapa dia tiap pagi. Dan
seorang lelaki hebat, sosok kuat dengan bahu sekuat baja, dengan hatinya yang
lembut dan gampang luluh ketika melihatku sedih, selalu ada dan setia
mengajariku tentang kebajikan hidup.
Itu dulu, kini lain sekali. Tiap kali pagi datang, tak seperti biasanya ada
sosok yang membangunkanku. Ada lelaki hebat yang setia menemaniku. Mereka
berdua yang dulu selalu ada, kini telah tiada. Ketika aku beranjak dari tempat
tidur, sejenak melangkah ke ruang tengah. Kembali teringat saat masih bersama
mereka. Nampak dalam bayang-bayangku aktivitas mereka setiap pagi. Sementara
aku masih terjaga dalam lamunan pagi. Tanpa kusadari air mataku menetes.
Selamat pagi ayah dan ibu. Saat ini aku membutuhkanmu. Aku rindu. Aku ingin
kalian berada di sini. Di sisiku saat ini. Lihatlah keadaanku saat ini, pilu.
Adakah kalian merasakan rinduku ini?. Sedang apa di sana?, Semoga bahagia dan
jangan lupa doakan aku selalu. Supaya tetap kuat, sehat, dan bahagia.
Meski berat. Hatiku berat merindukan kalian.
Ketahuilah ayah dan ibu. Aku punya banyak teman di sekolah, aku punya banyak
guru bijak nan baik di sekolah. Aku juga masih punya sanak saudara. Teristimewa
kakakku yang tercinta. Mereka semua selalu menguatkanku. Memberi dukungan dan
semangat. Aku yakin di hati mereka ada sepatah kata doa untukku.
Senyummu Ibu adalah semangatku. Senyummu adalah alasanku untuk kembali
menjalani hari-hariku dengan ceria. Oh Ibu! Apakah Ibu tahu? Ada yang
berubah pada sepasang bola seseorang. Mata yang mengartikan tentang rindu.
Sepasang mata yang telah meredup itu seperti selalu ingin menumpahkan beban
rindu. Tapi apakah ibu tahu? Hidup begitu hancur setelah Ayah juga pergi
meninggalkan kami untuk selama-lamanya. Begitu berat rasanya bu, kehilangan
sosok laki-laki terhebat, cinta pertama anak perempuannya. Sosok yang begitu
sangat luar biasa.
Harus dengan kata apa lagi untuk aku mengutarakan begitu luar biasanya kasih
sayang seorang Ayah dan Ibu untuk anak-anaknya yang tercinta. Cinta yang
tak tertandingi dari cinta apapun. Namun, aku yakin Tuhan punya rencana
yang luar biasa di balik semua ini. Tuhan mau menjadikanku sosok yang lebih
baik dan kuat menghadapi kenyataan di hari esok. Semoga aku bisa menjadi
anak yang mandiri. Aku percaya, bahwa aku bisa melewati semua ini. Tuhan
sendiri yang mengatakan bahwa tak kan pernah meninggalkanku sebagai yatim
piatu. Ia,Yang Mahakuasa senantiasa menyertaiku.
Teruntukmu berdua. Malaikat tak bersayap. Dengarkan hatiku, sampai kapanpun, tak kan hilang cintaku padamu. Sampai kapan pun tak kan sirna kasihku padamu.Teruslah hadir di setiap hariku. Jadilah fajar dan senja indah di setiap hariku. Jadilah bintang dan cahaya di setiap malam gelap. Jadilah pelangi yang mewarnai kebahagiaanku. Tuhan memberkatimu.
Putriiii....jadi sedih sekali budhe membacanya. Semangat ya...
BalasHapusTerimakasih untuk cerita yg sangat inspiratif ini. Membaca kisahnya tenggelam dalam rasa. Tak terasa air mata turut berderai. Kekuatan kata dan kalimat telah membuat cerita ini sangat bermakna. Terimakasih👍🙏
BalasHapusTerimakasih tuk sering pengalaman yang sangat inspiratif.Semua rasa ada ketika membaca kisahmu Sedih dan tak berdaya karena aku juga manusia rapuh hanya doa yang kupinta agar nona kuat tuk menjalani hidup yang keras.
BalasHapus