AN OPPORTUITY TO CHANGE

                  




            Oleh: Johan Caesar Sapan Pabesak


Sejak revolusi industri terjadi pada abad ke 18, secara perlahan dunia menuju pada kemajuan (modern).  Revolusi industri telah membawa perubahan bagi cara hidup dan kerja manusia. Dari cara yang tradisional beralih pada cara yang modern.

 

Semakin modern, dunia justru akan mengalami situasi yang makin carut marut, di mana sikap individulisme, sekularisme, dan hedonisme,  semakin membuat manusia tidak lagi sepenuhnya peka dan peduli terhadap sesama.

 

Dalam  (Roma 12 : 2) berbunyi,Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

 

Setiap manusia pasti telah jatuh di dalam dosa. Manusia jatuh di dalam dosa karena hatinya tidak setia dan taat pada Allah. Manusia banyak kali melanggar perintah Allah.

 

Maka, sebagai manusia yang lemah dan tidak luput dari dosa, mestinya kita lebih mendekatkan diri kepada Tuhan di dalam doa, di dalam Kitab Suci (membaca dan menghayatinya), dan paling sederhana adalah menyatakan cinta kepada Allah dengan berbagi kasih dan kebahagiaan kepada sesama serta mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Berbagi kebahagiaan itu sama saja seperti kita memberi kesempatan kepada sesama. Kesempatan untuk apa ? Kesempatan untuk berubah.

 

Semisal, ada seorang pemuda yang hidup dalam keberdosaan. Ia sering berpesta pora, berfoya-foya menghabiskan waktu dengan kesenangan duniawi, konsumsi minuman keras yang berlebihan, narkotika, dan banyak kali melakukan tindakan kriminal (kekerasan) terhadap orang lain.

 

Hari-harinya seperti mimpi buruk dan menunggu kapan ajal menjemputnya. Namun ada seorang perempuan baik hati yang ternyata adalah tetangganya prihatin menyaksikan tingkahnya yang di luar batas itu. Maka perempuan itu mencoba untuk berbagi kasih dengannya.

 

Setiap pagi, ia menyediakan sarapan untuk pemuda tersebut dan membantunya membersihkan rumah. Perempuan yang murah hati itu selalu setia memperhatikan pemuda itu. Perempuan itu selalu hadir di saat senang maupun sedih. 


Secara perlahan pemuda tersebut mulai terbuka dan mulai memiliki alasan untuk hidup. Ia mencoba untuk mencari pekerjaan dan mulai menunjukan perubahan yang lebih baik daripada hari-hari sebelum ia mengenal perempuan tersebut. Karena hanya dengan kebahagiaan dan kehadiran si perempuan, ia sudah mulai berubah dan diberi kesempatan untuk memulai hidup baru.

 

Bicara tentang perubahan itu, bukan saja tentang dunia yang semakin hari semakin modern. Bukan tentang canggihnya teknologi masa kini. Bukan pula tentang peradaban manusia yang semakin maju. Segala hal yang menyangkut dengan cara dan gaya hidup, ideologi; sekularisme, hedonisme, dan individualisme manusia. Akan tetapi juga, bagaimana manusia itu mampu mengubah cara dia berpikir dan bertindak sesuai perintah-perintah baik dari “hati nuraninya” untuk semakin peduli terhadap sesamanya yang mengalami kesulitan hidup.

 

Tuhan menghendaki kita untuk menjadi pribadi yang tulus dan memperlakukan yang lain seperti diri kita sendiri. Kita hidup di dunia ini bukan hanya sekedar hidup dan menjalaninya begitu saja, kita mesti bisa memahami sesama kita.

 

“We live in this world not just to live but to support each other, because we only have one chance to live and can be taken at any time”

 

 

BIODATA PENULIS

Nama: Johan Caesar Sapan Pabesak

Kelas: X I

Umur: 15 Tahun

Hobi: Baca komik dan olahraga

Sekolah: SMAK GIOVANNI KUPANG

 

 


Share:

4 komentar:

  1. Sukses anak papa,semangat terus dlm mengejar cita2 mu nak

    BalasHapus
  2. Teruslah berkarya nak,Tuhan Yeses Memberkati

    BalasHapus