MEMANG BERAT, TAPI MAAFKANLAH





        Oleh: Candida Soares Belo Bosco 


Sebagai manusia kita pasti sering kali melakukan kesalahan. Baik kecil maupun besar, sengaja maupun tidak sengaja. Yang pasti kita tidak pernah luput dari kesalahan. Entah berapa banyak kali kita terluka karena kesalahan, dan juga entah berapa banyak hati yang kita lukai.


 
Jika kita melakukan kesalahan dengan tidak sengaja maka hendaknya meminta maaf dan katakan bahwa hal tersebut tidak sengaja kita lakukan. Sebaliknya, apa bila kesalahan itu memang sengaja dibuat atas alasan tertentu, semisal seorang nenek yang ketahuan mengambil kayu bakar di kebun orang  dengan alasan untuk kebutuhan memasak, baiklah ia berjanji tak akan melakukannya lagi.


 
Namun sang pemilik kebun yang tergerak hatinya oleh belas kasihan pasti akan memberikan bantuan bagi si nenek yang sangat memerlukan kayu bakar untuk kebutuhan memasak sehari-hari. Bahkan bukan hanya kayu saja, tetapi beras dan kebutuhan pokok lainya dapat dia berikan. Hal ini dilakukan karena ia memandang si nenek sudah terlalu tua untuk mencari nafkah seorang diri. Apalagi ia tak tega melihat sang nenek adalah janda yang ditinggal pergi oleh sang suami dan anak-anaknya.



Kebaikan yang dilakukan oleh sang pemilik kebun mencerminkan sikap kerendahan hati, ketulusan, dan cinta yang semata untuk suatu keselamatan bagi hidup sesama. Ia tidak memandang si nenek sebagai pencuri, tetapi sebagai orang miskin yang menderita yang membutuhkan kekayaan cinta dari sesama yang lain.


 
Di hati sang pemilik kebun ada kasih dan pengampunan yang bahkan jauh lebih kaya daripada harta fana kepunyaannya. Ia seorang yang kaya dan masyhur. Tetapi ia memiliki jiwa yang menyinari sesama yang membutuhkan cinta kasih.


 
Baik sang nenek maupun sang pemilik kebun keduanya adalah seorang yang berdosa. Namun, ada suatu sikap yang membuat kita harus bercermin pada keduanya. Yang satu berbuat kesalahan dan meminta maaf karena telah melakukannya, dan seorang lagi menerima maaf (mengampuni) kesalahan  sehingga tampaklah kasih itu bercahaya dalam hati keduanya yang diliputi kedamaian.



Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan kita, tak ada yang luput dari dosa dan kesalahan. Dan memang, kita tak sempurna, tapi hendaklah kita sempurna seperti Dia yang sempurna adanya.


 
Terkadang, memang berat untuk memaafkan orang lain apalagi kesalahannya begitu berat dan sulit diterima. Tetapi maafkanlah, dan terima juga permintaan maaf orang lain.



Satu dua orang yang bersalah kepada kita tak sebanding dengan jutaan jiwa yang diselamatkan oleh Yesus Kristus sang penebus manusia. Allah saja mengampuni dosa sebesar dan sebanyak itu. Lalu, bagaimana dengan kita? Mungkin di dalam hidup kita telah banyak berbuat baik, membantu sesama yang menderita dan miskin. Tetapi mengampuni kesalahan orang lain adalah sesuatu yang teramat sulit. Inilah yang kemudian menimbulkan suatu perasaan ‘berkurang’ yang selalu timbul dan tak pernah ada habisnya di benak kita sendiri.



Di dalam Yesaya 1:18, firman Tuhan berbunyi , “Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba” (Kitab Yesaya 1:18). Jika orang berkata, dosa saya begitu besar dan banyak, saya merasa kotor, mungkinkah Tuhan mengampuni dosa saya? Jawabannya ya, dan Tuhan Yesus pasti mengampuni dosa, asalkan mau mengakui semua dosa kita di hadapan Tuhan dan bertobat/tidak melakukannya lagi.
 
 

*Candida Soares Belo Bosco adalah siswi kelas X I SMA Katolik Giovanni Kupang

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar