Oleh: Marsha C.J Dopen
Kesepian.
Kata ini selalu menghiasi hidup seorang gadis kecil cantik nan luguh. Di saat teman-temannya
bermain bersama saudara mereka, si gadis luguh itu hanya berdiam diri di rumah sambil
menonton film kartun kesukaannya. Hanya itu yang dia lakukan setiap harinya.
Hari demi
hari, ia tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat cantik dan rupawan. Tapi dia
seorang pribadi yang pendiam. Dia merupakan salah satu murid yang berprestasi
di sekolahnya. Kesehariannya diisi dengan belajar dan belajar.
Dulu,
sewaktu masih duduk di bangku SMP, dia mendapatkan jati dirinya kembali. Dia
mendapatkan empat orang teman yang sangat baik dan sefrekuensi dengannya tapi
bukan pendiam sama sepertinya. Teman-teman yang nyatanya humoris dan lawak itu berhasil
membuat si gadis yang tadinya pendiam dan selalu merasa kesepian itu akhirnya perlahan-lahan
mulai menunjukan wajah yang penuh sukacita. Seketika perasaan sepi dan diri
yang selalu jadi pendiam pun menghilang. Ia terus berkembang dengan baik berkat
ke empat temannya.
Suatu
ketika hal yang ditunggu-tunggu oleh si gadis pun terjadi. “ Hore, akhirnya aku menjadi seorang kakak ”. Teriaknya
senang. Ibunya ternyata sedang mengandung seorang bayi laki laki. Meski
perbedaan umur yang sangat jauh, gadis ini tetap senang dan tidak sabar untuk
menyambut kedatangan adiknya. Detak jantung mulai terdengar dan tendangan kecil
mulai terasa. Sesaat lagi akan ada suara bayi yang mengisi seluruh rumah.
Namun
mimpi gadis itu kandas. Bayi mungil itu terlahir dalam kondisi sudah tidak
bernyawa. Suara tangisan pun pecah memenuhi ruangan itu. Hal yang dia impikan
sejak dulu memang terjadi bahwa dia akan mempunyai seorang adik. Akan tetapi
takdir berkata lain, kenyataan itu sesaat saja, lalu lenyap seketika. Dunianya
mulai gelap, senyumnya sirna, hanya air mata yang dapat menjelaskan
perasaannya. Kini ia kembali larut dalam perasaan sepi dan menjadi pribadi yang
pendiam.
Rupanya
kesepian sudah menjadi bagian dalam hidupnya. Itulah mengapa ia selalu diam,
karena sepi seorang diri tanpa adik. Bukan karena tanpa teman. Tetapi ia cukup
bijaksana. Ia mulai sadar bahwa dirinya seorang yang istimewa. Hari-hari di
rumah memang sepi. Tapi di luar sana ia punya banyak teman dan sahabat setia
yang siap menemaninya dan memenuhi hari-harinya dengan sukacita.
Dalam kesendirian ia terus belajar untuk menemukan makna hidup sebenarnya. Ia tidak lagi sedih. Tidak lagi sepi. Tiap kali bangun pagi ia selalu bernyanyi mada pujian tentang indahnya Tuhan. Ia sadar bahwa segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang abadi. Di dunia segalanya adalah fana. Maka, katanya: "Aku mengucap syukur kepada-Mu Tuhan Allah Yang Maha Kuasa, sebab dari kemurahan kasih-Mu aku beroleh hidup cuma-cuma. Ku mohon berilah aku kekuatan untuk jalani hidup ini dengan penuh syukur dan hati yang tunduk setia pada kehendak-Mu. Sebab hanya Engkaulah Tuhan, Allahku Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta, yang abadi kini dan sepanjang segala masa, Amin".
“Hidup
memang tak selalu tentang ramai. Berdua atau bertiga, bahkan beribu-beribu
teman di luar sana, tetap saja sewaktu-waktu kesepian itu akan kita rasakan.
Kita akan rasakan kesendirian, kehilangan, bahkan kita yang memiliki
beribu-ribu teman tak sanggup membendung rasa sepi. Kehilangan satu orang yang
berharga saja rasanya kehilangan semuanya. Seakan-akan dunia mati tanpa daya.
Akan tetapi seorang yang merasa sepi akan terus belajar untuk memenuhi dirinya
dengan kebijaksanaan. Terang kebijaksanaan itulah anugerah dan petunjuk bagi
masa depan hidup yang lebih bergairah dan penuh semangat. Karena ia yakin dan
percaya Tuhan selalu ada untuknya hingga akhir zaman”
BIODATA PENULIS
Hallo perkenalkan saya Marsha Cherlina Juniora Dopen, biasa disapa Marsha. Lahir di Rote, 10 September 2007 dan kini saya berusia 15 tahun. Alamat tinggal saya asrama Susteran RVM Merdeka. Hobi saya adalah bermain gitar. Saya bercita cita menjadi seorang dokter. Kini saya bersekolah di SMA Katolik Giovanni Kupang kelas 10 I. Terima kasih, Tuhan memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar