Oleh: Reynard A. Koenunu
"Ketika cinta itu dalam,
banyak yang akan dicapai"
Shuici Suzuki, seorang komponis dan violinis Jepang mengutarakan
bahwa dengan cinta, ia dapat mencapai banyak hal dalam kehidupannya yang
menopang dia.
Sekilas bila dilihat, cinta dan pengetahuan adalah 2 hal berbeda
yang memiliki tanggapan yang berbeda pula. Namun, bagai oksigen dalam udara,
demikian juga ilmu dan cinta. Meski berbeda namun keduanya satu dan tidak
jarang pula "tidak disadari".
Tak jarang orang memberi pengertian yang berbeda terkait
terminologi ilmu dan cinta. Keduanya dipandang tidak memiliki hubungan, dan
seringkali keduanya dianggap bertentangan. Ini tak sepenuhnya salah, namun juga
tidak sepenuhnya benar.
Cinta yang dimaksud lebih dari sekedar afeksi dan ketertarikan
kepada lawan jenis, namun merupakan "stimulus" bagi manusia untuk
mencari yang terbaik bagi dirinya. Kalau demikian, maka benarlah pernyataan
Shuichi Suzuki tentang cinta. Cinta selalu menggerakkan manusia untuk melakukan
apa yang dia cintai.
Dalam hal ini, maka tentulah cinta pun menggerakkan manusia dalam
upayanya menyelidiki dan mencari ilmu pengetahuan. Ia menjadi dasar yang
penting bagi manusia. Bagaimana manusia akan mencapai ilmu pengetahuan tanpa
mencintai proses menuju ilmu pengetahuan itu?
Jika kita digerakkan oleh cinta dalam menjalankan sesuatu, maka kita
akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai apa yang dicintai, karena cinta
yang besar selalu membawa keajaiban.
Maka, dalam setiap kehidupanmu, cintailah apa yang kau lakukan,
sebab cintamu dapat membangun profesionalisme dalam dirimu dan menjadi fondasi
yang kokoh untuk masa depan yang cerah.